Kamis, 12 Juli 2012

moina sp

Percobaan untuk Miona sp budaya dilakukan diakuarium tangki untuk 23 hari, dengan 9 perlakuan Ajinomoto Pupuk Cair (ALF) dan satu kontrol, memiliki tiga ulangan. Kisaran konsentrasi ALF dalam perawatan berasal dari 0ppm ke 750ppm Sepuluh individu L-1 dari Miona diinokulasi Tertinggi kepadatan penduduk Miona diperoleh pada 100ppm konsentrasi ALF, pada 10.150 individu. L -1 pada10 th hari. Kultur dilakukan dalam tiga puluh tangki akuarium dengan ukuran 40,7 cm X 30,3 cm X 30,3 cm lengkap dengan aerasi. Tangki yang dicuci, kiri ke udara kering, dan kemudian diisi dengan 30 liter air keran, Keran air yang tersisa satu hari untuk bumbu. Pada hari kedua, tank dipupuk dengan ALF limbah di 0ppm, 50ppm, 100ppm, 150ppm, 200ppm, 250ppm, 300ppm, 400ppm, 500ppm dan 750ppm masing dengan tiga ulangan untuk setiap perlakuan. Pada hari ketiga, 10 individu Moina per liter air ditambahkan ke tangki masing-masing. Setiap tiga hari, 10 ml budaya diambil dan jumlah Moina tercatat. Budaya periode adalah 23 hari. Suhu dan pH budaya dipantau selama budaya periode. Dalam penelitian ini kepadatan penduduk Moina telah periode puncak antara kesepuluh dan enam belas hari. Sebagian besar penduduk memiliki periode puncak mereka pada kesepuluh kecuali untuk populasi pada 200ppm yang memuncak pada hari kedua belas, yang 250ppm pada hari ketiga belas, dan 300ppm pada keenam belas hari.

Rabu, 11 Juli 2012

Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa jenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara lain lnfusoria (Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp. Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih/larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan "air susu ibu" bagi larva/benih ikan yang dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pakan alami Infusoria dapat dibudidayakan dengan media sayuran, sedangkan pakan alami jenis Moina dan Daphnia dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran hewan kering yang ada di sekitar kita. Kandungan gizi setiap jenis pakan alami berbeda-beda, namun pada umumnya terdiri dari air, protein, lemak, serat kasar dan abu. Kandungan gizi pakan alami Moina dan Daphnia dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini Tabel 1. Kandungan Gizi dan Kegunaan Pakan Alami Jenis Kadar Kandungan Gizi (%) Pakan Alami Kadar air (%) Protein Lemak Serat kasar Abu Kegunaan Infusoria/Paramecium - - - - - Pakan larvabaru menetas Moina 90,60 37,38 13,29 11,00 Pakan benihumur 2-6 hari Daphnia 94,78 42,65 8,00 2,58 4,00 Pakan benih umur 6-12 hari 1. Moina Di kalangan petani Moina dikenal dengan nama "kutu air". Jenis kutu ini mempunyai bentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 - 1,8 mm dan berwarna kemerahan. Perkembangbiakan Moina dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara asexual atau parthenogenesis (melakukan penetasan telur tanpa dibuahi) dan secara sexual (melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu). Pada kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan telur istirahat atau ephipium yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baik kembali. Moina mulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari dengan jumlah anak selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup Moina adalah sekitar 13 hari. Moina biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolam dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moina akan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° C dan pH antara 6,5 - 9. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Moina adalah bakteri. Untuk menangkap mangsa, Moina akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut 2. Daphnia Daphnia mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih dan beruas-ruas yang tidak terlihat. Pada kepala bagian bawah terdapat moncong yang bulat dan tumbuh lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut Antennula, sedangkan yang ke dua disebut antenna yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak. Tiga lainnya merupakan alat tambahan pada bagian mulut. Perkembangbiakan Daphnia yaitu secara asexual atau parthenogenesis dan secara sexual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga menetas. Anak Daphnia dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada kondisi perairan yang baik, disamping individu betina dihasilkan pula individu jantan. Pada saat kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau epiphium yang akan menetas saat kondisi perairan baik kembali. Daphnia mulai berkembang biak pada umur lima hari, dan selanjutnya setiap selang waktu satu setengah hari akan beranak lagi. Jumlah setiap kali beranak rata-rata sebanyak 39 ekor. Umur hidup Daphnia 34 hari, sehingga selama hidupnya mampu menghasilkan anak kurang lebih 558 ekor. Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami kolam atau danau. Daphnia dapat tumbuh optimum pada suhu perairan sekitar 21 °C dan pH antara 6,5 - 8,5. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Daphnia adalah bakteri, fitoplankton dan detritus. Kebiasaan makannya dengan cara membuat aliran pada media, yaitu dengan menggerakan alat tambahan yang ada di mulut, sehingga makanan masuk ke dalam mulutnya.

Sabtu, 07 Juli 2012

Jumat, 06 Juli 2012

aplikasi probiofish pada budidaya lele sangkuriang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan energi bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. (Budiyanto, 2001). Kalau disederhanakan maka yang dimaksud dengan pertumbuhan ialah perubahan ukuran, dapat panjang atau berat dalam waktu tertentu. Jadi untuk menghitung pertumbuhan diperlukan data panjang atau berat dan umur atau waktu. Tujuan seorang pengelola perikanan diantaranya ialah hasil panen yang sebesar-besarnya dengan biaya serendah-rendahnya (Effendi, 1997). Budidaya ikan lele mempunyai beberapa keuntungan yaitu antara lain pemeliharaannya mudah dan murah, dapat hidup di air yang kurang baik sekalipun (air comberan atau air limbah), cepat besar dalam waktu yang relatif singkat, perkembangan pesat dan lele termasuk digolongkan dalam karnivor tetapi dapat juga menyantap apa saja yang diperoleh oleh karenanya sebagian ahli menggolongkannya ke dalam omnivora. Kandungan nilai gizi ikan lele dalam setiap ekornya protein 17 - 37 %, lemak 4,8 %, mineral 1,2 %, vitamin 1,2 % dan air 75,1 % (Soetomo, 2003). Data Statistik Perikanan Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa ikan lele (catfish) menduduki peringkat nomor tiga produksi budidaya ikan air tawar di Indonesia setelah ikan mas (carps) dan nila (tilapias) (Anonymous, 2008). Tingkat konsumsi lele nasional pada tahun 2003 meningkat 18,3 %, yakni dari 24.991 ton/tahun menjadi 57.740 ton/tahun. Revitalisasi lele sampai akhir tahun 2009 menargetkan produksi sejumlah 175 ton atau meningkat rata-rata 21,64 % per tahun. Sementara itu, permintaan benih lele juga terus meningkat dari 156 juta ekor pada tahun 1999 menjadi 360 juta ekor pertahun. Kebutuhan lele hingga tahun 2009 diperkirakan mencapai 1,95 miliar ekor (Gunawan, 2009). Murdjani (2004) menyatakan bahwa di era globalisasi pemasaran produk ke pasar internasional harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya adalah tidak mengandung residu antibiotik, pestisida serta bahan kimia lain, seperti hormon. Hal tersebut merupakan sinyal bagi kita untuk secara bertahap meninggalkan penggunaan antibiotik menuju sistem pengendalian penyakit yang lebih ramah lingkungan dan kesehatan (Chytanya et al. 2002: Devaraja et al. 2002; Irianto & Austin 2002: Haryanti et al., 2003; Isnansetyo 2005; Muliani 2005; Susanto et al., 2005; Farzanfar 2006; Watson et al., 2008). Menurut Fuller (1989) dan Farzanfar (2006) agen biologis disebut probiotik yang baik apabila memenuhi karakter sebagai berikut :  Menguntungkan inangnya,  Mampu hidup walaupun tidak tumbuh di intestinum inang,  Harus dapat hidup dan bermetabolisme di lingkungan usus, resisten pada suhu rendah dan asam organik  Dapat disiapkan sebagai produk sel hidup dalam skala besar (industri),  Dapat menjaga stabilitas dan sintasannya untuk waktu yang lama baik dalam penyimpanan maupun di lapangan, dan  Tidak patogenik dan tidak menghasilkan senyawa toksik. Pada Budidaya Ikan probiotik diberikan sebagai campuran makanan dan ada yang ditaburkan pada kolam pemeliharaan. Untuk Probiotik yang dicampur pakan, bisa dicampurkan dengan pakan buatan pabrik (pelet) maupun pakan alami seperti daun-daunan. Penebaran probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya plankton-plankton dan mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan alami ikan. Probiotik jenis ini akan menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air seperti Nature atau Super Plankton. Probiotik ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Mikroorganisme yang terkandung pada Probiotik mampu membantu pencernakan makanan pada tuhuh hewan dan manusia sehingga makanan yang mengandung probiotik akan mampu dicerna dan diserap tubuh dengan baik. 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Maksud dari Praktek Kerja Lapang ini untuk mengetahui/memahami cara berbudidaya ikan Lele Sangkuriang dengan menggunakan Pro-biofish sebagai tekhnik pendukung untuk mempercepat pertumbuhan dan sekaligus memperbaiki kualitas air yang telah di lakukan/laksanakan oleh Unit Penggelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen. 1.2.2 Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini:  Untuk memahami didalam Aplikasi probiotik dalam pakan pada budidaya ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp).  Untuk mengetahui kendala/masalah yang di hadapi didalam pembudidayaan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dengan Pro-biofish di Unit Pengelolaan Budidaya Air Tawar di Kepanjen. 1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapang Manfaat Praktek Kerja Lapang ini : a. Bagi Penulis  Untuk memperoleh pengetahuan tentang budidaya Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dengan menggunakan Pro-biofish.  Untuk memperoleh keterampilan teknik tentang pembesaran Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dengan Pro-biofish.  Untuk mengetahui manfaat Pro-biofish didalam budidaya Lele Sangkuriang (Clarias sp.) b. Bagi UPBAT Kepanjen  Diharapkan UPBAT Kepanjen dapat mengatasi kendalam dengan memanfaatkan luas lahan, untuk pembuatan Pro-biofish (Jahe Merah) c. Bagi Masyarakat umum (Pembudidaya )  Dapat memaksimalkan pengeluaran biaya didalam mengelola usaha budidaya.  Mampu membuat pakan tambahan dan memanfaatkan hasil limbah ternak maupun limbah lainnya. 1.4 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapang ini di lakukan pada tanggal 11 April s/d 08 Mei 2012 yang bertempat di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen Malang - Jawa timur. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Sangkuriang (Clarias sp). Lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik (back cross) antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Kemudian menghasilkan jantan dan betina F2-6. Jantan F2-6 selanjutnya dikawinkan dengan betina generasi kedua (F2) sehingga menghasilkan Lele Sangkuriang (Irianto, 2007 dalam Anonim, 2003). Klasifikasi Lele Sangkuriang (Clarias sp.) adalah sebagai berikut: Phyllum : Chordata, Kelas : Pisces, Subkelas : Teleostei, Ordo : Ostariophysi, Subordo : Siluroidea, Famili : Clariidae, Genus : Clarias, Spesies : Clarias sp (Hermawan, 2009). Gambar 2.1. ( Lele Sangkuriang Organik.blogspot.com) 2.1.1 Habitat Lele Sangkuriang dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan yaitu kandungan O2 6 ppm, CO2 kurang dari 12 ppm, suhu (24 – 26) o C, pH (6 – 7), NH3 kurang dari 1 ppm dan daya tembus matahari ke dalam air maksimum 30 cm (Hermawan. 2009). 2.1.2 Tingkah Laku Ikan Lele dikenal aktif pada malam hari (nokturnal). Pada siang hari, ikan Lele lebih suka berdiam didalam lubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan Lele mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk lumpur dasar untuk mencari binatang-binatang kecil (bentos) yang terletak di dasar perairan (Soetomo, 2003). 2.1.3 Kebiasaan Makan dan Makanan Ikan lele aktif mencari makan pada malam hari, namun demikian apabila pemelihara sudah dikolam kebanyakan diberi pakan pada waktu pagi, sore dan malam hari. Makanan ikan lele adalah segala jenis makanan sedangkan yang paling disukai dari jenis serangga, cacing, udang kecil, mollusca dan jentik-jentik nyamuk. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang cepat dapat ditambahkan makanan buatan yang berupa pellet, cacahan ikan rucah, tepung darah dan bekatul. Ikan lele ini bersifat kanibal terutama dalam keadaan lapar sehingga diharapkan pemberian pakan jangan sampai terlambat. Pertumbuhan lele dapat dipacu dengan pemberian pakan berupa pelet yang mengandung protein minimal 25%, namun untuk pertumbuhan optimal lele memerlukan makanan yang mengandung protein 35% - 40%. Jumlah pakan yang diberikan 5-10% dari berat total ikan denga frekuensi 3-5 kali (Gufran dan Kordi, 2007). 2.2 Probiotik dalam Akuakultur Kendala yang biasanya dihadapi pembudidaya yang tidak kalah pentingnya adalah masalah pakan karena harga pakan ikan yang relatif mahal dan ini bukan hal yang bagus untuk pembudidaya lele (Hadianiarrahmi, 2009). Penyediaan pakan buatan bisa mencapai 60 – 70 % dari komponen biaya produksi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi tersebut adalah dengan membuat pakan buatan sendiri melaui teknik yang sederhana dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal (Firdaus, 2004). Adapun Verschuere et al. (2000) mendefinisikan probiotik sebagai penambahan mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi inang melalui modifikasi bentuk asosiasi dengan inang atau komunitas mikroba lingkungan hidupnya, meningkatkan nilai nutrisi pakan, dan meningkatkan kualitas air. Pada Budidaya Ikan probiotik diberikan sebagai campuran makanan dan ada yang ditaburkan pada kolam pemeliharaan. Untuk Probiotik yang dicampur pakan, bisa dicampurkan dengan pakan buatan pabrik maupun pakan alami seperti daun-daunan. Penebaran probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya plankton-plankton dan mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan alami ikan. Probiotik ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami. Pemberian probiotik pada pelet atau pakan ikan dapat menimbulkan terjadinya fermentasi pada pellet, dan meningkatkan kecepatan pencernaan. Selanjutnya akan meningkatkan konversi pakan ikan, peternak dapat memproduksi lele ukuran layak jual dalam waktu lebih singkat, sehingga dapat menekan biaya produksi (Esa, 2003.). 2.2.1 Jenis dan Mekanisme Kerja Probiotik Berbagai produk probiotik untuk aplikasi perikanan telah banyak dipasarkan dengan berbagai variasi penggunanya, namun secara mendasar model kerja probiotik dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :  Menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum.  Merubah metabolisma mikrobial dengan meningkatkan atau menurunkan aktifitas enzim pengurai (selulase, protease, amilase, dll)  Menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibody organisme akuatik atau aktivitas makrofag (Irianto, 2003). Sebagai bakteri, probiotik dikategorikan oleh para ilmuwan dalam genus, spesies dan strain. Sebagai contoh, bakteri probiotik Lactobacillus Casei Shirota berasal dari genus Lactobacillus, termasuk spesies Casei dan memiliki strain Shirota. Kebanyakan produk probiotik mengandung bakteri dari genus Lactobacillus atau Bifidobacterium, meskipun ada juga dari genus lain, seperti Escherichia, Enterococcus, Bacillus dan Saccharomyces. Berikut adalah beberapa spesies probiotik dan manfaatnya:  Bifidobacterium bifidum adalah organisme probiotik sangat penting yang ditemukan dalam jumlah besar di usus dan mukosa vagina. Bifidobacterium bifidum mencegah perkembangbiakan E. coli, salmonella dan clostridium. Bakteri ini juga memproduksi asam laktat dan asam asetat yang menurunkan pH usus dan mencegah pertumbuhan bakteri jahat. Penelitian lain pada Bifidobacterium menunjukkan bahwa organisme ini juga merangsang penyerapan mineral seperti besi, kalsium, magnesium, dan seng.  Lactobacillus acidophilus membantu pencernaan laktosa susu, merangsang respon kekebalan tubuh terhadap mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membantu mengendalikan kadar kolesterol darah. Banyak publikasi yang menunjukkan bahwa Lactobacillus acidophilus menghasilkan zat seperti lactocidine atau acidophiline yang meningkatkan stamina dan kekebalan.  Lactobacillus casei merupakan bakteri probiotik yang telah lama digunakan dalam susu fermentasi seperti pada produk Yakult, Jepang. Lactobacillus casei membantu membatasi pertumbuhan bakteri jahat dalam usus. 2.2.2 Manfaat Probiotik dalam Budidaya Ada beberapa manfaat aplkasi Pro-biofish didalam budidaya perikanan dapat di uraikan sebagai berikut :  Mempercepat proses pertumbuhan  Meningkatkan nafsu makan pada ikan  Mencegah terjadi penyakit/memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit  Memperbaiki kualitas air, tidak menyebabkan blooming pakan alami dan menjaga agar air tetap sehat III. METODE DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA 3.1 Metode Pengambilan Data Metode yang dipakai dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode diskripsi yaitu suatu metode yang menggambarkan kejadian-kejadian pada daerah tertentu (Suryabrata,1983). 3.2 Teknik Pengambilan Data 3.2.1 Data Primer Data primer adalah data yang langsung diperoleh sumbernya. Teknik pengambilan datanya dilakukan dengan cara : a. Partisipasi Partisipasi mengikuti secara langsung kegiatan yang di lakukan di lapangan, yang meliputi pemeliharaan Lele, pemberian pakan, pembuatan pakan permentasi, pembuatan Pro-biofish. b. Observasi Pengamatan dan pencatatan secara langsung semua kegiatan yang mencakup tentang kegiatan budidaya Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dengan aplikasi Pro-biofish. c. Wawancara Interview yang merupakan pengumpulan data yang didapat dari tanya jawab yang bertujuan untuk memperoleh informasi baik berupa Data Primer maupun Sekunder dari Karyawan/Pekerja yang berada di Unit Pengelolaan Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen serta permasalahan yang dihadapi. 3.2.2 Data Sekunder Data Sekunder yaitu data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang diluar penyelidikan sendiri. Data sekunder ini di peroleh dari pemerintah, Dinas Perikanan, pihak Swasta yang berhubungan dengan usaha perikanan terutama yang mencakup penggunaan Pro-biofish, pengumpulan data tersebut dilakukan melalui pencatatan hasil wawancara, bentuk-bentuk laporan, serta pustaka yang menunjang (Azwar, 1997). Adapun data sekunder pada saat penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang yang didapatkan yaitu melalui dinas perikanan setempat yang didalamnya mencakup tentang : letak geografis UPBAT Kepanjen, Tugas Pokok dan Fungsi UPBAT Kepanjen, Struktur Organisasai UPBAT Kepanjen, Keadaan Umum UPBAT Kepanjen, serta Sarana dan Prasarana Budidaya di UPBAT Kepanjen. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang 4.1.1 Sejarah UPBAT Kepanjen, Malang Provinsi Jawa Timur memiliki potensi yang cukup besar sebagai daerah perikanan. Namun berkenaan dengan hal tersebut, terdapat permasalahan yang secara garis besar merupakan kendala yang dihadapi khususnya dalam upaya pengembangan budidaya air tawar antara lain : adanya pola produksi perikanan air tawar yang belum sepenuhnya berwawasan pada permintaan pasar, penyediaan induk dan benih belum memenuhi jumlah yang cukup maupun kualitas yang baik. Perlu terus ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan baik bagi petugas perikanan maupun petani ikan. UPBAT Kepanjen merupakan Unit Pengembangan dari Balai Benih Ikan Dinas Perikanan Darat Kabupaten Malang yang sudah berdiri sejak tahun 1957. Dalam pengembangan budidaya air tawar langkah-langkah yang perlu dilaksanakan diarahkan pada pembinaan yang sistematik baik sebagai komoditi ekspor maupun untuk memenuhi selera pasar sebagai penunjang kebutuhan gizi keluarga. Guna kelancaran proses pembinaan secara berkesinambungan tersebut maka peranan Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen akan sangat menentukan. Karena, Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen berperan sebagai penengah bila ditemukan permasalahan usaha perikanan di masyarakat. Perkembangan sejarah Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen sebagai mana yang telah tertera pada table 1 di bawah ini : Tabel 1. Perkembangan Sejarah UPBAT Kepanjen, Malang No Tahun Perkembangan Nama Balai 1. 1957 BBI Dinas Perikanan Darat Kabupaten Malang 2. 1963 Kursus Pengamat Perikanan Darat Kepanjen – Malang 3. 1968 Training Centre Perikanan Darat 4. 1972 Training Centre Aquaculture 5. 1979 UPBAT 6. 2002 Balai Benih Ikan Kepanjen 7. 2010 Unit Pengelola Budidaya Air Tawar Kepanjen Sumber : Data Sekunder UPBAT (2012). 4.1.2 Letak Geografis Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen – Malang terletak di Desa Panggungrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jln. Trunojoyo No. 12. Secara geografis terletak pada 112° 34’ 30” BT dan 8° 7’ 30” LS, termasuk dataran rendah dengan ketinggian 358 m di atas permukaan laut. Suhu harian rata-rata berkisar 25 – 30 °C dengan curah hujan rata-rata 600 – 1.000 mm/tahun. Adapun batas-batas UPBAT Kepanjen adalah : Sebelau Utara : Jalur jalan Kepanjen – Gondanglegi (Kantor BKKBN, KUD) Sebelah Selatan : Tanah Kosong (Tanah Yayasan) Sebelah Barat : Jalur jalan Kepanjen – Sengguruh (Batalyon Zipur 5) Sebelah Timur : Persawahan dan Perumahan Ditinjau dari batas-batas tersebut diatas, lokasi Balai dekat dengan jalan raya sehingga mempermudah dalam proses transportasi jalur darat untuk kelancaran usaha, adanya sawah-sawah yang menandakan bahwa daerah tersebut dekat dengan aliran sungai yang selalu mengalir sehingga dapat mempermudah untuk memenuhi kebutuhan/sumber air sebagai sarat salah satu pendukung untuk kelancaran usaha budidaya, dan juga dekat dengan pemukiman penduduk, sabagai usaha untuk mensejahterakan masyarakat sekitar yaitu dengan cara pemberian pelatihan kepada warga, cara berbudidaya yang baik. Adapun denah lokasi Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen – Malang dapat dilihat pada lampiran 1. 4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi UPBAT Kepanjen Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen selaku salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi jawa Timur memiliki tugas memproduksi benih ikan air tawar, menyediakan induk ikan yang unggul dan memberikan pembinaan teknis kepada pembudidaya ikan. Sehingga untuk menunjang tugas-tugas tersebut diperlukan sumber daya yang optimum agar dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Uraian tugas dan fungsi UPBAT Kepanjen berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur Nomor : 061/6614/116.01/2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Teknis Non Struktural, adalah sebagai berikut : Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) melaksanakan sebagian tugas Dinas dibidang produksi, penerapan teknologi perbenihan dan budidaya perikanan air tawar, pelaksanaan pengujian secara laboratories kesehatan ikan dan lingkungan serta pelatihan dan keterampilan. Sedangkan fungsi dari Unit Pengelula Budidaya Ait tawar (UPBAT) Kepanjen Kabupaten Malang adalah : a. Penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan budidaya / perbenihan serta kaji terap teknologi budidaya air tawar; b. Pelaksanaan distribusi perbenihan dan budidaya perikanan air tawar; c. Pelaksanaan pelatihan dan kaji terap teknologi perbenihan dan budidaya perikanan air tawar kepada petugas teknis lapangan; d. Pelaksanaan pengujian secara laboratories kesehatan ikan dan lingkungan; e. Pelaksanaan dan fasilitasi standarisasi mutu benih dan hasil budidaya air tawar; f. Pelaksanaan ketatausahaan dan rumah tangga. g. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. 4.1.4 Struktur Organisasai UPBAT Kepanjen. Organisasi Kelembagaan UPBAT Kepanjen Malang berdasarkan pada Surat Keputusan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur Nomor : 061/6614/116.01/2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Teknis Non Struktural. Susunan Organisasi UPBAT Kepanjen adalah : a. Kepala Unit UPBAT Kepanjen Malang b. Sub Bagian Tata Usaha c. Seksi Produksi Benih dan Teknik Budidaya d. Seksi Pengamatan dan Perlindungan Lingkungan Struktur Organisasi UPBAT Kepanjen dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Struktur Organisasi UPBAT Kepanjen Malang.(Data Sekunder, 2012) 4.1.5 Keadaan Umum UPBAT Kepanjen Status tanah UPBAT Kepanjen merupakan Sertifikat hak pakai No. 2 dengan Surat Keputusan Kantor Wilayah Badan Peternakan nasional Propinsi Jawa Timur Tanggal 8 Februari 1990 No. 35/530.3/35/1990, No. urut 4 penerbitan sertifikat tanggal 11 Maret 1991 dengan luas 31.400 m2. Tanah tersebut terletak di dalam provinsi Jawa Timur, Kabupaten Malang, Kecamatan Kepanjen, Desa Panggungrejo dan Peta Pajak Bumi Sengguruh. Luas tanah tersebut difungsikan untuk berbagai fasilitas, antara lain : a. Perumahan, kantor, aula dan asrama ± 12.990,39 m2. b. Sarana fisik kegiatan produksi, budidaya dan laboratorium ± 18.409,61 m2. 4.1.6 Sarana dan Prasarana Budidaya Untuk menunjang semua kegiatan budidaya ikan Lele di UPBAT Kepanjen diperlukan sarana dan prasana yang memadai. Adapun sarana dan prasarana yang diperlukan adalah sebagai berikut: 3.1.6.1 Sarana a. Sistem Penyediaan Air Tawar Sumber air yang digunakan untuk kegiatan budidaya di UPBAT Kepanjen diperoleh dari air sungai. Air di tampung di kolam pengendapan guna mengendapkan air sungai yang mengandung lumpur serta zat pencemar yang berbahaya. Kolam pengendapan digunakan juga sebagai kolam pemeliharaan induk ikan mas. Untuk lebih jelas tentang kolam pengendapan dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Kolam Pengendapan (Sumber : Foto Primer, 2012) Sedangkan kebutuhan air bersih di UPBAT Kepanjen diperoleh dari air sumur artesis yang ditampung dalam bak tandon berkapasitas 21 m2 dengan ketinggian 5,5 m. Air kemudian dialirkan ke tempat-tempat tertentu dengan memanfaatkan gravitasi bumi dan dipompa menggunakan pompa air. Air yang berasal dari sumur artesis tersebut digunakan untuk kebutuhan pembenihan, kantor, taman, mushola, dan asrama. Kondisi sumur artesis pada UPBAT Kepanjen dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 . Sumur Artesis (Sumber : Foto Primer, 2012) b. Instalasi Aerasi Instalasi aerasi yang berada di UPBAT Kepanjen terdiri dari blower, selang aerasi, dan batu aerasi. Blower yang digunakan berkekuatan 1,5 PK (maksimum kekuatan untuk 200 titik) sebanyak 2 buah. Udara atau oksigen yang dihasilkan blower, disalurkan atau didistribusikan melalui pipa PVC berdiameter 1 inci ke setiap selang aerasi yang terdapat pada setiap bak induk dan larva. c. Kolam Kolam-kolam di UPBAT Kepanjen digunakan untuk usaha budidaya aneka ikan dan budidaya katak. Sebanyak 23 kolam digunakan untuk ikan dan 16 kolam digunakan untuk budidaya katak. Di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen Kabupaten Malang terdapat 3 jenis kolam yaitu kolam dengan dasar dan pematang berupa tanah, kolam dengan kombinasi beton (pematang) dengan dasar kolam tanah dan kolam dengan dasar dan pematang keseluruhan terbuat dari beton. d. Gedung Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen didirikan atas lahan seluas 3,14 ha. Tanah yang digunakan untuk banguanan seluas 521 m2 dengan berbagai bangunan diantaranya Gedung Kantor, Gudang, Rumah Dinas, Laboratorium dan Lain-lain, selebihnya digunakan untuk kolam budidaya dan kolam pembenihan serta saluran air sebagai pendukung penting didalam usaha budidaya. 3.1.6.2 Prasarana a. Sistem Penyediaan Listrik Unit Pengelola Budidaya Air Tawar Kepanjen menggunakan sumber listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan daya mencapai 2200 VA. Untuk operasionalnya, Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen juga dibantu dengan 1 generator pembangkit listrik berkekuatan 100 KW. Tenaga listrik dipakai terutama untuk penerangan yaitu pada jalan, kantor, laboratorium, asrama, mushola, dan untuk sarana umum lainnya. Untuk lebih jelasnya mengenai generator listrik pada Unit Pengelola budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Generator Listrik (Sumber : Foto Primer, 2012) b. Jalan Raya Diareah lkasi Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen dekat dengan jalanraya, sehingga mempermuda proses untuk transportasi jalur darat yang dapatmendukung dalam proses kelancaran usaha, seperti didalam melakukan pengirimn dari UPBAT Kepanjen ke tempat konsumen atau sebaliknya pembeli mudah untuk menjangkau ke UPBAT Kepanjen. c. Mobil Sebagai alat transportasi yang sangat mendukung (mobil), sangat penting adanya kendaraan ini di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen yang di gunakan untuk keperluan sebagai berikut : Alat transportasi mengantarkan ikan, untuk membeli bahan-bahan keperluan (pakan, tabung oksigen) dan lain-lain. 4.2 Keunggulan Pro-biofish didalam budidaya Keunggulan Pro-biofish di dalam usaha budidaya ikan Lele maupun komoditas ikan-ikan lainnya yaitu sebagai berikut :  Meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan ikan, tidak mudah terserang penyakit.  Memperbaiki penggunaan nutrisi pakan  Dapat memfermentasi bahan alternative  Menekan biaya pakan sebesar 30-40 %.  Mengurangi pathogen dalam perairan (kualitas air)  Media tidak berbau (ramah lingkungan) 4.3 Jenis Mikrobakteri dalam Pro-biofish Protease merupakan enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan peptida pada protein. Protease dibutuhkan secara fisiologi untuk kehidupan organisme pada tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme (Rao et al., 1998). Penggunaan mikroorganisme sebagai sumber enzim protease dan kemungkinannya untuk melakukan manipulasi genetik, menjadikan protease mikroba lebih banyak dikembangkan. Banyak protease komersial,baik itu netral maupun alkalin, dihasilkan oleh Bacillus. Protease netral dari bakteri mampu aktif pada pH 5-8 dan memiliki toleransi suhu yang relatif rendah. Pro-biofish merupakan produk buatan UPBAT Kepanjen, dan produk tersebut sudah di aplikasikan ke dalam budidaya baik itu pada ikan Lele Sangkuriang, ikan mas, nila, belut dan juga pada budidaya cacing. Adapun kandungan mikro organisme (anaerob) yang terdapat di dalam Pro-biofish tersebut sebagai berikut : ­ Lactobacillus sp Lactobacillus sebagai probiotik alternatif penurun kolesterol memiliki kemampuan bertahan terhadap garam empedu, kondisi asam, mampu menghambat bakteri pathogen, tahan terhadap antibiotik dan dapat mengikat kolesterol dengan menempel pada epitel dinding saluran pencernaan (Hood dan Zottola, 1998). Genus bakteri gram positif, anaerobic fakultatif atau mikroaerofilik. Bakteri ini membentuk asam laknat dikarenakan bakteri ini dapat merubah laktosa dan gula menjadi asam laknat (Hisbi, D. 2006.). Lactobacillus lebih unggul dari bakteri asam laktat lainnya dalam menurunkan pH, dan hidup optimum pada pH 6,5 (Tagg, 1976). ­ Azetobacter sp Bakteri pengikat nitrogen yang hidup bebas ataupun bersifat aerob obligat diantaranya Azotobakter, Clostridium pasteurianum, Derxia, kemampuan memfiksasi nitrogen bebas ini dikendalikan oleh gen nif. Dwidjoseputro (2005) dijelaskan bahwa ada beberapa genera bakteri yang hidup dalam tanah (misalnya Azetobacter, Clostridium, dan Rhodospirillum) mampu untuk mengikat molekul-molekul nitrogen guna dijadikan senyawa-senyawa pembentuk tubuh mereka, misalnya protein. Jika sel-sel itu mati, maka timbullah zat-zat hasil urai seperti CO2 dan NH3 (gas amoniak). Sebagian dari amoniak terlepas ke udara dan sebagian lain dapat dipergunakan oleh beberapa genus bakteri (misalnya Nitrosomonas dan Nitrosococcus) untuk membentuk nitrit. Nitrit dapat dipergunakan oleh genus bakteri yang lain untuk memperoleh energi daripadanya. Oksidasi amoniak menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat berlangsung di dalam lingkungan yang aerob. ­ Pseudomonas aeruginosa Bakteri-bakteri anggota genus Pseudomonas bersifat saprofit banyak ditemukan di dalam air, tanah dan tempat–tempat ditemukannya organisme yang sedang mengalami pembusukan. Beberapa spesies dari Pseudomonas dapat menghasilkan pigmen hijau kuning yang dapat memancarkan sinar (Warren & Ernest, 1989). Genus ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dengan mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Endah, 2004).Selain itu, genus ini biasanya menjadi penyebab infeksi sekunder yang menyebabkan lesi bernanah dan peradangan. Salah satu spesies yang pathogen adalah Pseudomonas aeruginosa (Warren & Ernest, 1989). Selain terdapat dalam tanah, genus ini juga terdapat dalam sumber air panas dan sumur bangko minyak bumi yang bersuhu tinggi (Pikoli, 2004). Bakteri gram negative aerob obligat, berkapsul, mempunyai plagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5 – 1,0 µm, bakteri ini penyebab utama infeksi pneumonia nosokominal. Meskipun begitu, bakteri ini dapat berkolonisasi pada manusia normal tanpa menyebabkan penyakit (Boel, Trelia, 2004). Dan bakteri ini dapat menggunakan sistrat sebagai sumber karbonnya (Jawetz, 1996 ). ­ Saccharomyces sp Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30oCdan pH 4,8. Beberapa kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi. Menurut Dr. Anton Muhibuddin (2011), beberapa spesies Saccharomyces mampu memproduksi ethanol hingga 13.01 %. Hasil ini lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28 – 30 oC. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces boullardii, dan Saccharomyces uvarum. ­ Basillus sp Genus basillus merupakan salah satu kelompok bakteri yang mampu mendegraadasi selulosa (Lyndet al., 2002), Species Bacillus sangat cocok untuk produksi enzim, kecuali B. cerus dan B. anthracis. Mikroba jenis Bacillus tidak menghasilkan toksin, mudah ditumbuhkan, dan tidak memerlukan substrat yang mahal. Kemampuan Bacillus untuk bertahan pada temperatur tinggi, tidak adanya hasil samping metabolik, dan kemampuannya untuk menghasilkan sejumlah besar protein ekstrasel membuat Bacillus merupakan organisme favorit untuk industri. Saat ini B. subtilis dipakai sebagai organisme inang untuk studi DNA-rekombinan (Doi et al., 1992). ­ Mineral & Vitamin Mix Agar dapat diklasifikasikan sebagai mineral sejati, senyawa tersebut harus berupa padatan dan memiliki struktur Kristal, Mineral adalah bahan organik yang dibutuhkan oleh ikan untuk pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisme, dan mempertahankan keseimbangan osmotis. Kegunaan mineral dapat digolongkan kedalam tiga fungsi utama yaitu fungsi struktural (untuk pembentukan tulang, sisik dan gigi seperti : Ca (kapur), P (fosfor), F (fluorin), dan Mg (magnesium), pernapasan (pembentukan hemoglobin seperti : Fe (besi), Cu (tembaga) dan Co (kobalt), dan metabolisme umum (mengatur fungsi-fungsi sel dan jaringan yang terdiri dari berbagai macam mineral yang berbagai macam pula fungsinya) (Anonymous, 1995). Sedangkan Vitamin adalah senyawa organik yang sangat penting peranannya dalam kehidupan ikan. Walaupun tidak merupakan sumber tenaga, tapi vitamin dibutuhkan sebagai katalisator (pemacu) terjadinya proses metabolisme di dalam tubuh. Jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit, tapi bila kekurangan dapat mengakibatkan gangguan dan penyakit. Secara umum vitamin ada dua golongan yaitu vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K) dan vitamin yang larut dalam air (vitamin kompleks B dan vitamin C) (Anonymous, 1995). 4.4 Aplikasi Pro-biofish Didalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen, saya dapat mengetahui teknik-teknik budidaya dengan aplikasi Pro-biofish pada ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp), teknik-teknik budidaya yang dilakukan mulai dari periode sebagai berikut : 4.4.1 Pembuatan Pakan Permentasi Pemberian probiotik pada pelet atau pakan ikan dapat menimbulkan terjadinya fermentasi pada pellet, dan meningkatkan kecepatan pencernaan. Selanjutnya akan meningkatkan konversi pakan ikan, peternak dapat memproduksi lele ukuran layak jual dalam waktu lebih singkat, sehingga dapat menekan biaya produksi (Esa, 2003.). Pembuatan pakan permentasi bertujuan untuk menambah nilai protein pada pakan dan juga melunakan serat kasar yang terdapat pada pakan, pada saat pakan diberikan dan dikonsumsi oleh ikan, maka 80 – 90 % pakan akan terserap oleh tubuh ikan dan pakan yang terbuang hanya sedikit dan pakan yang terbuang juga tidak akan menyebabkan amoniak sehingga kualitas air tetap terjaga. Menurut Irianto (2007), pemberian organisme probiotik dalam akuakultur dapat diberikan melalui pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup seperti artemia. Pemberian probiotik dalam pakan, berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan, dan sejumlah mikroorganisme mampu mensistesa vitamin dan asam-asam amino yang dibutuhkan oleh larva hewan akuatik. Adapun cara membuat pakan permentasi untuk 2,5 kg pellet, siapkan bak plastik untuk tempat pencampuran dan pengadukan bahan, tuangkan 30 cc tetes (3 tutup botol Pro-biofish), 10 cc Pro-biofish (1 tutup botol Pro-biofish) dan 500 - 1 liter air tawar, kemudian bahan-bahan tersebut di campur dengan diaduk-aduk hingga rata dan setelah itu masukan pellet sebanyak 2,5 kg di campurkan kebahan yang sudah diaduk terlebih dahulu, kemudian aduk kembali campuran pellet tersebut hingga rata, setelah itu masukan pellet yang sudah di campur ke dalam kantong plastic paking dan diikat erat dengan karet supaya tidak ada udara yang masuk (anaerob), disimpan ditempat yang tidak terkena matahari. Setelah tiga hari pakan tersebut dapat di gunakan. 4.4.2 Pembuatan Pakan Permentasi Dari Slat/kotoran Sapi Pakan permentasi dari Slat selain dapat untuk menekan biaya Pakan, juga dapat memanfaatkan hasil limbah-limbah dari peternakan, dan juga permentasi Slat bertujuan untuk menghilangkan Gas metan dari kotoran/slat, memanfaatkan Nutrisi dari kotoran, menumbuhkan plankton, menekan bakteri (Salmonella dan E.colli). Cara pembuatan pakan dari Slat untuk perbandingn 1 m3 pupuk kandang/Slat, dengan perbandingan bahan - bahan antara lain : 2 liter tetes, urea 300 qr, 1 liter Pro-biofish, dan 20 liter air. Setelah itu bahan-bahan dicampurkan hingga merata lalu di tuangkan ke slat dan di aduk hingga merata (homogen), kemudian slat yang sudah dicampur tersebut ditutup rapat serta didiamkan selama ± 1 minggu untuk siap dijadiakan pakan. Dengan catatan, slat dapat di manfaatkan terkecuali yang sudah homogeny dengan tanah atau bercampur dengan tanah. Kotoran sapi yang digunakan itu tidak sembarangan artinya tidak asal-asalan, dengan kata lain untuk perikanan harus yang padat dan tidak berbau, kenapa demikian karena kalau tidak padat tidak bisa mengapung dan kalau masih bau kotoran sapi tersebut ikan itu sendiri juga tidak akan mau. Kemudian ada yang paling penting kalau kita hendak mendapatkan kotoran sapi yang bagus Untuk menghasilkan kotoran seperti itu, memang harus dilakukan perubahan sumber makanan. caranya Sapi diberi pakan dengan jenis makanan seperti jerami yang telah dikeringkan selama satu minggu. (sumber: Coop Indonesia Fondation). 4.4.3 Pembuatan Pakan dari Ampas Tahu Pakan Permentaasi dari Ampas Tahu selain dapat menekan biaya pakan juga mampu meningkatkan nilai Protein, dan pembuatan pakan ini dapat memanfaatkan bahan-bahan yang bersifat limbah, mudah dilakukan dan keuntungannya lebih besar. Apa bila menggunakan pakan ini maka sewaktu-waktu akan memerlukan pergantian air, jadi pakan artenatip ini cocok untuk bagi pembudidaya yang memiliki air yang cukup apabilah sewaktu-waktu memerlukan pergantian air. Adapun cara pembuatan pakan permentasi dari ampas tahu, untuk pembuatan pakan Ampas Tahu 20 kg, di perlukan bahan campuran berupa 10 kg dedak halus, 2 kg tepung ikan, 1 liter tetes, 250 mil Pro-biofish, dan air secukupnya untuk mencampurkan tetes denga Pro-biofish, lalu semua bahan dicampur hingga homogen kemudian dimasukan kedalam plastik paking dan diikat (anaerob), dan didiamkan atau dipermentasikan selama tiga hari untuk siap dijadikan pakan pada ikan. Ampas tahu selain memiliki kandungan protein yang tinggi, juga harga bahan, biaya produksi, dan proses produksinya murah meriah. Pakan ini sangat disukai oleh ikan lele, hal ini dengan yang diungkapkan (Setyono. 2010) ikan lele sangat menyukai pakan yang berbahan dasar ampas tahu karena pakan ini memiliki aroma yang sama dengan pakan buatan pabrik ternama (pakan buatan yang digemari ikan lele) dan juga kandungan proteinnya tinggi. 4.4.4 Aplikasi Pro-biofish pada Lele Sangkuriang Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Mikroorganisme yang terkandung pada Probiotik mampu membantu pencernakan makanan pada tuhuh hewan dan manusia sehingga makanan yang mengandung probiotik akan mampu dicerna dan diserap tubuh dengan baik. Selain itu probiotik mampu meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit dan ikan lebih berbobot karena penambahan probiotik akan menjadikan 90% pakan menjadi daging dan hanya 10% yang dibuang sebagai amoniak (Harian Kedaulatan Rakyat). Sedangkan Pemberian Pro-biofish pada Lele Sangkuriang yang dilakukan oleh UPBAT Kepanjen mulai dari pada saat larva menetas, pemberian Pro-biofish langsung dituangkan kebak air larva sebanyak 1 liter perbak dan pemberian Pro-biofish kembali akan dilakukan setelah satu bulan atau pada waktu air tersebut sudah tidak memungkinkan atau kurang baik (amoniak tinggi), maka pemberian akan dilakukan kembali dan larva yang sudah bisa diberi pakan pellet maka akan diberi pellet yang sudah di permentasikan, karena pakan yang sudah di permentasikan kandungan serat-serat kasarnya sudah lunak dan dapat diserap dan langsung di manfaatkan oleh tubuh ikan, yang bertujuan agar pertumbuhan ikan tersebut cepat berkembang baik dari panjang maupun berat. Sehingga dalam waktu yang relative singkat ikan tersebut sudah layak konsumsi. Pada saat pelaksanaan PKL, ikan Lele yang sudah ditebar dengan ukuran 3 - 4 cm dan padat penebaran 3000 ekor per kolamnya dengan ukuran kolam 4 x 6 m2, untuk mengetahui keberhasilannya di lakukan penyamplingan setiap satu minggu sekali, dengan cara mengambil beberapa ekor ikan secara acak, pengambilan sampel dilakukan dengan cara menyerok menggunakan jaring segi tiga, dan kemudian sampel yang sudah di dapat akan di bawah ke ruangan laboratorium untuk dilakukan pengecekan berat dan panjang ikan tersebut, dengan demikian akan diketahui berapa penambahan berat dan panjang ikan di setiap minggunya. 4.4.5 Pengaruh Pemberian Pro-biofish Terhadap Panjang dan berat Ikan Lele Selama pelaksanaan PKL di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen, didapatkan hasil pengaruh pemberian Pro-biofish terhadap panjang dan berat ikan Lele selama satu bulannya dengan hasil seperti terlihat pada table 2 dan Grafik 1 yang tertera di bawah ini. Tabel 2. Perhitungan Panjang dan Berat ikan Lele (cm/gr). No Jumlah Sampling Panjang rata-rata Berat rata-rata (ekor) (cm) (gr) I 30 4,22 0,63 II 30 6,63 2,35 III 30 9,7 6,1 Sumber : Data Olahan UPBAT Kepanjen Sedangkan grafik pertumbuhan yang didapat bisa dilihat sebagai berikut : Grafik 1. Pertumbuhan Lele Sangkuriang Dari grafik diatas terlihat bahwa laju pertumbuhan ikan Lele Sangkuriang yang setelah mendapat perlakuan dengan penambahan Pro-biofish didalam siklus hidupnya baik dari pemberian pakan yang sudah di permentasi, pakan tambahan berupa slat dan pemberian Pro-biofish dengan cara langsung ditebar/tuangkan ke dalam air kolam secara langsung. Maka dapat terlihat jelas hasil pertumbuhan panjang dan berat Lele sangat bagus dari segi pertumbuhan berat serta panjang ikan tersebut, hal ini dapat kita lihat dari grafik di atas selama satu bulan, yang menunjukan laju siklus pertumbuhan ikan lele sangkuriang di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) kepanjen. 4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Didalam kegiatan budidaya Lele Sangkuriang di Unit Pengelola Budidaya air Tawar (UPBAT) Kepanjen Kabupaten Malang adapun terdapat beberapa Faktor pendukung maupun Faktor penghambat yang diantaranya, Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut : 4.5.1 Faktor Pendukung a. Pembuatan Pro-biofish Adapun faktor pendukung dari keberhasilan budidaya ikan Lele maupun budidaya ikan yang lainnya di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen yaitu dengan penerapan aplikasi Pro-biofish didalam budidaya. Dan serta cara pembuatan Pro-biofish yang dikelola sendiri oleh UPBAT Kepanjen sangat mendukung dan sekaligus dapat menekan biaya oprsional, adapun cara pembuatan dan bahan-bahan sebagai berikut : Bahan-bahan yang di gunakan untuk pembuatan 100 liter Pro-biofish : ­ Jahe Merah 3 kg - Kunyit Putih 5 k ­ Gula Merah 5 kg - Temu Lawak 5 kg ­ Markisa/Nanas 3 kg - Dedak Halus 2 kg ­ Susu Segar 5 liter - Tetes 5 liter Rempah – rempah (jahe merah, kunyit putih, temulawak) di cuci dan di potong-potong, lalu dihaluskan dengan diskmill, kemudian rempah-rempah yang sudah di haluskan ditambah dengan gula merah, dedak, tetes dimasak hingga mencapai suhu 100 0 c. Buah Markisa / Belimbing / Nanas di haluskan dengan blender, lalu di panaskan bersama susu pada suhu 60 0c. Pemanasan dengan suhu dibawah 100 0c bertujuan untuk menjaga agar vitamin c yang ada tidak rusak, kemudian seluruh bahan yang sudah di masak dicampur dan dimasukan kedalam satu wadah pada kondisi masi panas, dan dibiarkan sampai dingin dalam keadaan tertutup rapat (maksimum 48 jam) yang bertujuan untuk menjaga kesterilan, agar tidak terkontaminasi dengan bakteri lain. Setelah dingin dapat kita masukan bakteri starter Probiotik sebanyak 2 liter kemudian ditutup rapat kembali dan dipermentasikan selama satu bulan untuk siap pakai/gunakan pada pembuatan permentasi pakan maupun untuk pencampurun langsung pada kolam budidaya. Probiotik itu sendiri adalah makanan tambahan (suplemen) berupa sel-sel mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroorganisme intestinal dalam saluran pencernaan (Irianto, 2007; Anonim, 2003). b. Budidaya Ikan Lele Sangkuriang ­ Bak beton yang berukuran 4 x 6 m2 ­ Thermometer ­ Ember dan Gayung ­ Bak Plastik ­ Jarring ­ Seser ­ Alat Greding (baskom) 4.5.2 Faktor Penghambat Didalam pembuatan Pro-biofish ada juga kendala-kendala berupa bahan yang sering susah di dapatkan, dikarenakan tanaman tersebut masih sangat langka terutama didaerah Kepanjen yaitu Jahe Merah, dan bisa dijadikan faktor penghambat karena :  Harganya masi sangat mahal di pasaran  Masih susah di dapatkan 4.6 Analisa Usaha  Biaya : Benih Lele ukuran 5 cm 10.000 benih @Rp80,- Rp. 800.000 Pakan pellet 17 karung @Rp. 205.000 Rp. 3.485.000 Kotoran sapi 2m3 Rp. 100.000 Ampas Tahu Rp. 450.000 Tepung Ikan Rp. 120.000 Probiotik + tetes Rp. 150.000 Jumlah Rp. 5.105.000  Penjualan : Panen lele setelah 3 bulan pemeliharaan 810 kg @Rp. 10.000 Rp. 8.100.000 Biaya Produksi per Kg Rp 5.105.000 / 810 kg = Rp. 6.302,-  Keuntungan : Rp. 8.100.000 – Rp. 5.105.000 = Rp. 2.995.000 Rp. 2.995.000 / 810 kg = Rp 3.697,-/kg V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari berbagai uraian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Teknik yang dilakukan didalam Aplikasi Pro-biofish pada budidaya Lele Sangkuriang yang dilakukan pada saat Lele berukuran 3 – 4 cm dengan perlakuan, pemberian pakan permentasi, slat serta pemberian Pro-biofish 1 liter ke dalam kolam budidaya (apabila amonik tinggi). b. Aplikasi Pro-biofish didalam budidaya, bisa memperoleh hasil pertumbuhan yang lebih baik dalam waktu yang singkat, ikan yang dipelihara tidak mudah terserang penyakit dan dapat menekan biaya pakan semaksimal mungkin. 5.2 Saran a. Bagi mahasiswa yang ingin mengadakan Praktek Kerja Lapang di UPBAT Kepanje diharapkan mengikuti kegiatan mulai dari pendederan hingga larva berumur dua bulan dengan Aplikasi Pro-biofish. b. Praktek Kerja Lapang di Unit Pengelola Budidaya Air tawar (UPBAT) kepanjen diperlukan kesabaran, ketelitian, dan semangat yang tinggi. c. Didalam pembuatan Pro-biofish, Jahe Merah masih susah di dapat, dengan demikian di harapkan UPBAT Kepanjen bisa memanfaatkan luas lahan, sehingga mampu mengatasi kendalah tersebut dan Jahe Merah ini juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan dana tambahan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Mikroba Probiotik : Penunjang Agribisnis dan Penyelamatan Lingkungan. Dalam PPAU Ilmu Hayati ITB. _______.2007. Kesandung Residu, Probiotik Maju. Dalam TROBOS. Anonymous. 1995. Prosiding Temu Usaha Permasyarakatan Teknologi Keramba Jaring Apung Bagi Budidaya Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Boel, Trelia,2004, Pseudomonas Aerugenosa, http :// library.Usu.ac.id Budiyanto, A. K. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. UMM Press. Malang. Coop Indonesia Fondation: http://www.coop-indonesia.com/index.php?option= com_content&view=article&id=89&Itemid=106); Soen’an Hadi Poernomo,http://www.trobos.com/show_article.php?rid=15&aid =3203 Doi, R.H. and M. Martina. 1992. Biology of Bacilli. Stoneham:Butterworth-Heinemann. Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Imagraph : Jakarta Effendie Prof. Dr. H. Much Ichsan. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Endah. 2004. Pseudomonas. (Online), (file:///H:/mikroorganisme.com//filess/ artikelrtp/2006/bioteknologi/mikroba. php.htm, diakses tanggal 10 Oktober 2010). Esa. 2003. Tentang Pengolahan Pangan. Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang. Farzanfar, A. The use of probiotics in shrimp aquaculture. 2006. FEMS Immunoligy Medical Microbiology 48: 149–158. Fuller, R. 1989. A review, Probiotics in man and animals. Journal of Applied Bacteriology 66 : 365 – 378 Firdaus. 2004. Pakan Ikan dan Udang, Formulasi, Pembuatan Analisis Ekonomi. Penebar Swadaya. Jakarta. Ghufran dan Kordi, 2007. Meramu Pakan Untuk Ikan Karnivora. CV Aneka Ilmu. Semarang. Gunawan, 2009. Panduan Lengkap Agrobisnis Lele. Jakarta: Penebar Swadaya. Girindra, A. 1993. Biokimia I. Jakarta:Gramedia. Hermawan Iwan. 2009. Mengenal Lele.kangalit.blogspot.com/ 2009/10/mengenal-lele.html Hisbi, D. 2006. Possible probiotic Vibrio bacteria for growth of Macrobrachium rosenbergii larvae rearing. Aquacultura Indonesiana 7(2): 77 –83. Hadianiarrahmi. 2009. Data statistik budidaya perikanan Indonesia tahun 2007. Direktorat Jendral Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Harian Kedaulatan Rakyat. http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php? fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=45237 Hood, S.K. and E.A. Zottola. 1998. Effect of low pH on the ability of Lactobacillus acidophilus to survey and adherence to human intestinal cells. Journal of Food Science 53: 1514-1516. Irianto, A. 2007. Potensi Mikroorganisma : Di Atas Langit Ada Langit. Ringkasan Orasi Ilmiah di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Sudirman Tanggal 12 Mei. Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 125 hal. Jawetz, 1996, Mikrobiologi kedokteran, EGS, Jakarta Lyndet al., 2002. Bakteri antagonis sebagai probiotik untuk pengendalian hayati pada akuakultur. Jurnal Perikanan 7(1): 110. Murdjani, M. 2004. Problem solving penyakit di pembenihan udang. Buku Panduan. Seminar. Muhibuddin. 2011. Makanan, Pencernaan dan Pertumbuhan Ikan dalam Mata Kuliah Ichtyologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nagao, F., M. Nakayama, T. Muto and K. Okumura. 2000. Effects of afermented milk drink containing Lactobacillus casei strain shirota on the immune system in healthy human subjects. Bioscience Biotechnology and Biochemistry 64 (12): 2706-2708. Pikoli. 2004. Mikroba Pembusuk. (Online), (file:///H:/mikroorganisme.com//filess/ artikel.2004.alami/hidup/mikroba.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010). Rao, M.B, M.T Aparna, S.G. Mohini and V.D. Vasanti. 1998. Molecular and biotechnological aspects of microbial proteases. Microbiology and Molecular Biology Reviews 597-635. Soetomo, 2003. Teknik Budidaya Ikan Lele. Sinar Baru Algensindo, Bandung Setyono, 2010. Pakan Ampas Tahu. http://www.ikanlelepaiton.blogspot.com/ Tagg, J.R., 1976. Bacteriocins of gram positive bacteria. Bacteriology Review 40: 722-756. Verschuere. L. 2000. Probiotic bacteria as biological control agents in aquacuture. Microbiology and Molecular Biology revie 64: 655 – 671. Warren & Ernest. 1989. Pseudomonas Strains Elicit Strongin Macrophages through Toll-Like Receptor 2. Clin Diagn Lab Immunol 10, 259-66.